Thursday 19 March 2009

Renungan Kematian*

Kita sering mendengar berita kematian namun berita tersebut tidak kerap membuat kita ingat bahwa ia juga akan menjeput kita. Kesibukan duniawi tanpa sadar sering membuat kita lalai sehingga menyangka bahwa kematian hanya untuk orang yang telah lanjut usia. Hasilnya, di umur yang masih muda kita sering berpoya-poya terhadap kehidupan dunia.
Kematian adalah keniscayaan bagi yang dilahirkan, namun tidak akan pernah bisa direncanakan walau oleh seorang ahli menejemen atau peramal sekalipun. Ia datang tanpa melihat tahta, kasta dan harta, ia menjemput siapapun yang pernah terlahir di dunia, jika tidak di masa kecil maka di masa muda, jika tidak di masa muda maka pasti di masa tua. Jikalau kita tahu bahwa kita tidak kekal, mengapa kita menghindar untuk memikirkan kematian??
Kematian adalah pintu dimana semua yang hidup akan memasukinya. Ia datang tanpa melihat waktu dan tempat, bahkan terkadang dengan mendadak menghampiri orang yang sehat. Sebaliknya, orang sakit yang secara medis sudah tidak memiliki harapan hidup, ia kembali sehat dan beraktivitas dalam waktu yang cukup panjang. Tidak jarang kita menyaksikan orang yang kita jumpai di pagi hari, kemudian ketika hari semakin senja kain kafan telah membalut dirinya. Ini artinya bahwa kapan pun dan dimana pun kematian sedang mengikuti kita..!!! “Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (Al-Jumah: 8)
Mari kita perhatikan dua kondisi yang sering kita temui, yaitu; ketika bayi akan terlahir dan orang yang sedang mengalami sakaratul maut. Pada dua kondisi itu, keduanya tidak berkuasa sama sekali atas kelahiran dan kematian yang mereka alami saat itu. Si bayi tidak kuasa untuk hidup secara sendirinya dan si mayit tidak kuasa untuk menghindari kematian. Allah-lah yang memberikan nafas kepada si bayi dan mengambilnya kembali saat mati. Kabar ini telah Allah Kabarkan melalui Al-Quran ”…Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu. Dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya…..(Al-haj: 5)
Dalam menjalani kehidupan, manusia diberikan kesenangan dan kesengsaraan, tidak lain ialah untuk menguji siapa di anatar mereka yang akan bergururan dan siapa yang tetap di Jalan-Nya. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” (Al-Anbiya 35).
Setelah kita meninggalkan dunia, kita hanyalah sebuah nama yang terukir di batu nisan di kurburan. Semua perkara dengan manusia terputus melainkan perbekalan “amal baik” yang telah kita pupuk semenjak di dunia. Kesempatan bercocok “amal baik” di dunia telah selesai, time is over..!!! Hanya 3 perkara yang akan selalu menambah pahala di saat kesepian di liang lahat, yaitu; Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak Sholih(1) yang mengirimkan hadiah doa untuk kita (2).
Dia Allah yang menciptakan manusia, maka kepada-Nyalah manusia akan kembali. Manusia dituntut untuk mempertanggungjawabkan kehidupan yang telah Allah berikan kepadanya, tanggungjawab pertama yang harus dipertanggungjawabkan adalah; Siapa yang telah disembahnya?? Para penyembah matahari menuju matahari, Penyembah bulan menuju bulan dan penyembah berhala menuju berhala-berhala. Tersisalah Umat Muahammad (yang sholih dan yang tidak shalih) seraya berkata “Di sinilah tempat kami sampai datang kepada kami Tuhan kami, jika Tuhan kami datang, maka kami pasti akan mengenali-Nya. Kemudian Allah Menuju umat tersebut dan berkata “Aku Adalah Tuhan kalian”. Mereka menjawab “Ya Engkau adalah Tuhan kami”(3).
Selanjutnya dia akan ditanya tentang umurnya, untuk apa dia habiskan?? kemduian tentang ilmunya, dalam hal apa dia pergunakan?? Kemudian tentang rizkinya, dari mana ia dapatkan dan kemana ia keluarkan?? Dan tentang jasadnya, untuk apa dia gunakan??(4). Semua pertanyaan ini akan terjawab oleh keseharian kita semasa hidup. pada saat itu, tidak ada satu manusia pun yang mampu berdusta. Karena semua tercatat dalam “Raport aktivitas” selama hidup di dunia.
Setelah pertanyaan terjawab, maka Allah mempersilahkan kepada orang-orang yang pernah kita zolimi untuk menuntut balas kepada kita. Jika tidak pernah berbuat zolim maka amal kebaikan kita akan tetap. Namun jika kita pernah menzolimi seseorang, sedikit demi sedikit catatan kebaikan kita akan dihapus dan diberikan kepada orang yang pernah kita zolimi. Di sinilah puncak keadilan Mahkamah Ilahi yang tak akan membiarkan para penguasa dan pemimpin yang pernah bebas hukum selama di dunia. Wallahu a’lam

Rahmat Hidayat
02.20 am Waktu Tripoli
Tripoli Libya, 20-03-2009

*Renungan ini disampaikan pada acara ta’ziyah atas berpulangnya ayah dari salah satu sahabat kami di Libya (Mohon do’a, Syukron..!!). (Kamis, 20 Maret 2009, pukul 07.45 pm. Waktu Libya)

(1)Pengkhususan sifat sholeh pada anak dalam hadits tersebut, karena hanya anak sholih sajalah yang akan terus mendoakan ke dua orang tuanya setelah mereka berpulang ke rahmatullah.
(2)Ide diambil dari Hadits Riwayat Muslim, no 3048, Bab maa yalhiqu bil insan mina stawab ba’da wafatihi (maktabah Syamilah).
(3)Petikan Hadits Bukhari, no. 451, Imam Zabidi. 2008, Mukhtashar Shahih Bukhari Al-Musamma At-Tajriid As-Sahriih Li Ahadits Jamii Shahih. (Cairo, Daarul fajar liturats)
(4)Hadits Riwayat Turmudzi, no 2341, Bab Fi Sya’ni ma Jaa Fil hisab wal Qisas (maktabah Syamilah).

No comments:

Post a Comment